
Makalah
Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Supervise Pendidikan Islam
Dosen Pembimbing
DR. H. Zakariya, M.Pd.I

Oleh :
M IRJIK NUROSSOBAH
NIRM. 014.04.11.2699
KAJAT
NIRM. 014.04.11.2696
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM ( IAI )
AL-KHOZINY
BUDURAN SIDOARJO
2016
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Proses pendidikan
dipengaruhi oleh begitu banyak hal, salah satunya bagaimana pola atau cara
penyampaian materi yang disampaikan oleh guru kepadapara peserta didiknya.
Bagaimana agar proses pendidikan yang menyenangkan (enjoyable), efektif, efisien dan mampu mencapai tujuan secara
optimal menjadi persoalan tersendiri yang harus dipecahkan.
Organisasi kurikulum
sebagai pola penyampaian materi dalam proses pembelajaran yang disusun dan
dilaksanakan oleh sluruh elemen dalam pendidikan. Dalam macam-macam organisasi
kurikulum ini kita akan memperoleh sedikit gambaran bagaimana seharusnya pola
kurikulum yang sebaiknya dilaksanakan dalam lembaga pendidikan dengan tetap
mempertimbangkan minat, bakat dan kemampuan siswa yang ada. Dengan pemilihan
bentuk organisasi yang tepat akan mempermudah proses pembelajaran dan dengan
hasil yang optimal sesuai harapan.
1.2
Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar
belakang di atas maka permasalahan “Organisasi Kurikulum” dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1.
Apa yang dimaksud dari organisasi
kurikulum ?
2.
Apa saja tujuan dari organisasi
kurikulum itu ?
3. Apa sajakah jenis-jenis organisasi kurikulum itu ?
1.3
Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui apa
yang dimaksud dengan organisasi kurikulum dalam proses belajar dan
pembelajaran.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.
Untuk memahami kurikulum mencakup
desain, teori, konsep, pandangan tentang pendidikan, perkembangan anak didik
dan teknologi
2.
Untuk memahami kelemahan dan keunggulan
dari sudut pandang kurikulum yang dibahas

PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Organisasi Kurikulum
Organisasi kurikulum,
yaitu pola atau bentuk bahan pelajaran disusun dan disampaikan kepada
murid-murid, merupakan suatu dasar yang penting sekali dalam pembinaan
kurikulumdan bertalian erat dengan tujuan program pendidikan yang hendak
dicapai, karena bentuk kurikulum turut menentukan bahan pelajaran, urutannya
dan cara menyajikannya kepada murid-murid.
Organisasi kurikulum
adalah struktur program kurikulum yang berupa kerangka umum
program-pengajaran-pengajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik
(Nurgiantoro, 1988: 111).
2.2
Faktor-Faktor pada Organisasi Kurikulum
Dalam penyusunan
organisasi kurikulum ada sejumlah faktor yang harus diperhatikan, yakni :
1.
Ruang lingkup (Scope)
Merupakan keseluruhan materi pelajaran dan
pengalaman yang harus dipelajari siswa. Ruang lingkup bahan pelajaran sangat
tergantung pada tujuan pendidikan yang hendak dicapai.
2.
Urutan bahan (Sequence)
3.
Kontinuitas
Berhubungan dengan kesinambungan bahan pelajaran
tiap mata pelajaran, pada tiap jenjang sekolah dan materi pelajaran yang
terdapat dalam mata pelajaran yang bersangkutan. Kontinuitas ini dapat bersifat
kuantitatif dan kualitatif .
4.
Keseimbangan
Adalah faktor yang berhubungan dengan bagaimana
semua mata pelajaran itu mendapat perhatia yang layak dalam komposisi kurikulum
yang akan diprogramkan pada siswa. Keseimbangan dalam kurikulum dapat ditinjau
dari dua segi yakni keseimbangan isi atau apa yang dipelajari, dan keseimbangan
cara atau proses belajar.
5.
Integrasi atau keterpaduan
Yang berhubungan dengan bagaimana pengetahuan dan
pengalaman yang diterima siswa mampu memberi bekal dalam menjawab tantangan
hidupnya, setelah siswa menyelesaikan program pendidikan disekolah.
2.3
Jenis-jenis Organisasi Kurikulum
Menurut S. Nasution
(1989: 80) organisasi kurikulum terdapat tiga tipe atau bentuk kurikulum, yaitu
:
2.3.1
Separated
Subject Curriculum
(Kurikulum Berdasarkan Mata Pelajaran)
Kurikulum ini disebut
demikian karena segala bahan pelajarn disajikan dalamsubject atau mata pelajaran
yang terpisah-pisah. Sehingga banyak jenis mata pelajaran menjadi sempit ruang
lingkupnya. Jumlah mata pelajaran yang diberikan cukup bervariasi bergantung
pada tingkat dan jenis sekolah yang bersangkutan. Dalam praktek penyampaian
pengajarannya, tanggung jawab terletak pada masing-masing guru atau pendidik
yang menangani suatu mata pelajaran yang dipegangnya.
Kurikulum yang disusun
dalam bentuk terpisah ini lebih bersifat subject
centered, berpusat ada bahan pelajaran daripada child centered yang
berpusat pada minat dan kebutuhan anak. Dari segi ini jelas kurikulum bentuk
terpisah sangat menekankan pembentukan intelektual dan kurang mengutamakan
pembentukan kepribadian anak secara keseluruhan.
Kurikulum ini sejak
lama diterapkan pada sekolah-sekolah kita, sampai dengan munculnya kurikulum
tahun 1968 dan kurikulum tahun 1975. Kurikulum ini mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut :
a.
Terdiri atas sejumlah mata pelajaran
yang terpisah satu sama lain, dan masing-masing berdiri sendiri
b.
Tiap mata pelajaran seolah-olah
tersimpan dalam kotak tersendiridan diberikan dalam waktu tertentu
c.
Hanya bertujuan pada penguasaan sejumlah
ilmu pengetahuan dan mengabaikan perkembangan aspek tingkah laku lainnya
d.
Tidak didasarkan pada kebutuhan, minat,
dan masalah yang dihadapai para siswa
e.
Bentuk kurikulum yang tidak
mempertimbangkan kebutuhan, masalah, dan tututan dalam masyarakat yang
senantiasa berubah dan berkembang
f.
Pendekatan metodologi mengajar yang
digunakan adalah sistem penuangan (imposision)
dan menciptakan perbedaan individual di kalangan para siswa
g.
Guu berperan aktif, dengan pelaksaan
sistem guru mata pelajaran dan mengabaikan unsur belajar aktif di kalangan para
siswa
h.
Para siswa sama sekali tidak dilibatkan
dalam perencanaan kurikulum secara kooperatif
Ada beberapa keuntungan yang diperoleh
dari kurikulum ini, antara lain:
a.
Penyajian bahan pelajaran dapat disusun
secara logis dan sistematis
b.
Organisasi kurikulum bentuk ini sangat
sederhana dan tidak terlalu sulit untuk direncanakan, serta mudah dilaksanakan
c.
Mudah dievaluasi dan dites
d.
Dapat digunakan dari tingkat sekolah
dasar sampai perguruan tinggi
e.
Pendidik atau guru sebagai pelaksana
kurikulum dalam mempergunakannya lebih mudah
f.
Tidak sulit untuk diadakan
perubahan-perubahan
g.
Lebih tersusun secara sistematis.
Di samping adanya keuntungan kurikulum
bentuk tersebut, ada juga beberapa kelemahan dari bentuk separated subject
curriculum, sebagai berikut:
a.
Bentuk mata pelajaran yang terpisah
dengan lainnya tidak relevan dengan kenyataan dan tidak mendidik anak dalam
menghadapi stuasi kehidupan mereka
b.
Tidak memperhatikan masalah sosial
kemasyarakatan yang dihadapi peserta didik secara faktual dalam kehidupan
sehari-harinya. Hal ini disebabkan hanya berpedoman pada apa yang tertera dalam
buku atau teks
c.
Kurang memperhatikan faktor-faktor
kejiwaan peserta didik
d.
Tujuan kurikulum ini sangat terbatas dan
kurang memperhatikan pertumbuhan jasmani, perkembangan emosional dan sosial
peserta didik serta hanya memusatkan pada perkembangan intelektual
e.
Kurikulum semacam ini kurang
mengembangkan kemampuan berfikir, karena mengutamakan penguasaan dan
pengetahuan dengan cara hafalan
f.
Separated curriculum ini cenderung
menjadi statis dan tidak bersifat inovatif.
2.3.2
Correlated
Curriculum
(Kurikulum Gabungan)
Correlated curriculum
adalah bentuk kurikulum yang menunjukkan adanya suatu hubungan antara satu mata
pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, Tetapi tetap memperhatikan
karakteristik tiap mata pelajaran tersebut. Hubungan antar mata pelajaran dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
·
Pertama, insidental artinya secara
kebetulan ada hubungan antar mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran
lainnya. Misalnya mata pelajaran IPA disinggung tentang mata pelajaran geografi
dan sebagainya.
·
Kedua, menghubungkan secara lebih erat
jika terdapat suatu pokok bahasan yang dibicarakan dalam berbagai mata
pelajaran. Misalnya masalah moral dan etika dibicarakan dalam mata pelajaran
agama.
·
Ketiga, batas mata pelajaran disatukan
dan difungsikan dengan menghilangkan batasan masing-masing mata pelajaran.
Penggabungan antara beberapa mata peajaran menjadi satu disebut sebagai broad
field. Misalnya mata pelajaran bahasa merupakan peleburan dari mata pelajaran
membaca, tata bahasa, menulis, mengarang,menyimak dan pengetahuan bahasa.
Ciri-ciri kurikulum ini di antaranya adalah
sebagai berikut :
a.
Berbagai mata pelajaran di korelasikan
satu dengan yang lainnya
b.
Sudah dimulai dengan adanya usaha untuk
merelevansikan pelajaran dengan permasalaham kehidupan sehari-hari, kendatipun
tujuannya masih penguasaan pengetahuan
c.
Sudah mulai mengusahakan penyesuaian
pelajaran dengan minat dan kemapuan para siswa, meski pelayanan terhadap
perbedaan individual masih sangat terbatas
d.
Metode penyampaian menggunakan metode
korelasi, meski masih banyak yang menghadapi kesulitan
e.
Meski guru masih memegang peran penting,
namun aktivitas siswa sudah mulai dikembangkan
Organisasi kurikulum yang disusun dalam
bentuk correlated mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan. Beberapa
keunggulan yang dimaksud antara lain:
a.
Menunjukkan adanya integrasi pengetahuan
kepada peserta didik, yang mana dalam pelajaran disoroti dari berbagai bidang
dan disiplin ilmu
b.
Dapat menambah interes dan minat peserta
didik terhadap adanya hubungan antara berbagai mata pelajaran
c.
Pengetahuan dan pemahaman peserta didik
akan lebih mudah dalam dengan penguraian dan penjelasan dari berbagai mata
pelajaran
d.
Adanya kemungkinan untuk menggunakan
ilmu pengetahuan lebih fungsional
e.
Lebih mengutamakan pada pemahaman dari
prinsip-prinsip daripada pengetahuan (knowledge)
dan penguasaan fakta-fakta.
Selain correlated curriculum mempunyai
kelemahan, antara lain:
a.
Bahan yang disajikan tidak berhubungan
secara langsung dengan kebutuhan dan minat peserta didik
b.
Pengetahuan yang diberikan tidak
mendalam dan kurang sistematis pada berbagai mata pelajaran
c.
Urutan penyusunan dan penyajian bahan
tidak secara logis dan sistematis
d.
Kebanyakan di antara para pendidik atau
guru kurang menguasai antar disiplin ilmu, sehingga mengaburkan pemahaman
peserta didik atau siswa.
Untuk mengurangi kelemahan dengan adanya
keterpisahan diantara berbagai mata pelajaran tersebut, diusahakanlah agar mata
pelajaran tersebut disusun dalam pola korelasi. Ada tiga jenis korelasi yang
sifatnya bergantung dari jenis mata pelajaran
a.
Korelasi faktual, misalnya sejarah dan
kesusastraan. Fakta-fakta sejarah disajikan melalui penulisan karangan sehingga
menambah kemungkinan menikmati bacaannya oleh siswa.
b.
Korelasi deskriptif, korelasi ini dapat
dilihat pada penggunaan generalisasi yang berlaku untuk dua atau lebih mata
pelajaran. Misal psikologi dapat berkorelasi dengan sejarah atau Ilmu
Pengetahuan Sosial dengan menggunakan prinsip-prinsip yang ada dalam psikologi
untuk menerangkan kejadian-kejadian sosial.
c.
Korelasi normatif, hampir sama denagan
korelasi deskriptif, perbedaannya terletak pada prinsipnya yang bersifat moral
sosial. Sejarah dan kesusastraan dapat dikorelasikan berdasarkan
prinsip-prinsip moral sosial dan etika.
2.3.3
Integrated
Curriculum
(Kurikulum Terpadu)
Dalam integrated
curriculum mata pelajaran dipusatkan pada suatu masalah atau unit tertentu.
Dengan adanya kebulatan bahan pelajaran diharapkan dapat terbentuk kebulatan
pribadi peserta didik yang sesuai dengan lingkungan masyarakatnya. Oleh karena
itu, hal-hal yang diajarkan di sekolah harus disesuaikan dengan situasi,
masalah dan kebutuhan kehidupan di luar sekolah.
Ciri-ciri umum dari kurikulum studi
adalah sebagai berikut :
a.
Kurikulum terdiri atas suatu bidang
pengajaran, yang di dalamnya terpadu sejumlah mata pelajaran sejenis dan
memiliki ciri-ciri yang sama
b.
Pelajaran bertitik tolak dari core subject, yang kemudian diuraikan
menjadi sejumlah pokok bahasan
c.
Berdasarkan tujuan kurikuler dan tujuan
instruktusional yang telah digariskan
d.
Sistem penyampaian bersifat terpadu
e.
Guru berperan selaku guru bidang studi
f.
Minat, masalah, serta kebutuhan siwa dan
masyarakat dipertimbangkan sebagai dasr penyusunan kurikulum, walaupun masih
dalam batas-batas tertentu
g.
Dikenalkan berbagai jenis bidang studi
Adapun dalam bentuk kurikulum terpadu
ini terbagi lagi, meliputi:
A.
Kurikulum
inti (core
curriculum)
Kurikulum ini bertujuan
untuk mengembangkan integrasi, melayani kebutuhan siswa dan meningkatkan
keaktifan belajar dan hubungan antara kehidupan dan belajar.
Ciri yang membedakan kurikulum inti,
yaitu :
a.
Kurikulum inti menekankan kepada
nilai-nilai sosial, unsur universalitas dalam suatu kebudayaan memberikan
stabilitas dan kesatuan pada masyarakat.
b.
Struktur kurikulum inti ditentukan oleh
problem sosial.
Karakteristik yang dapat dikaji dalam
kurikulum ini adalah :
a.
Kurikulum ini direncanakan secara
berkelanjutan (continue), selalu
berkaitan dan direncanakan secara terus-menerus
b.
Isi kurikulum yang dikembangkan
merupakan rangkaian dari pengalaman yang saling berkaitan
c.
Isi kurikulum selalu mengambil atas
dasar masalah atau problema yang dihadapi secara actual
d.
Isi kurikulum cenderung mengambil atau
mengangkat substansi yang bersifat pribadi maupun social
e.
Isi kurikulum ini difokuskan berlaku
untuk semua siswa, sehingga kurikulum ini sebagai kurikulum umum, tetapi
substansinya bersifat problema, pribadi, sosial dan pengalam pribadi.
Manfaat kurikulum inti adalah :
a.
Segala sesuatu yang dipelajari dalam
unit bertalian erat
b.
Kurikulum ini sesuai dengan
pendapat-pendapat modern tentang belajar
c.
Kurikulum ini memungkinkan hubungan yang
erat antara sekolah dengan masyarakat
d.
Kurikulum ini sesuai dengan paham
demokrasi
e.
Kurikulum ini mudah disesuaikan dengan
minat.
B.
Kurikulum
yang berlandaskan pada proses sosial dan fungsi kehidupan
(social functions and persistens
situations)
Kurikulum social functions didasarkan atas
kegiatan-kegiatan manusia dalam masyarakat, dalam social functions dapat
diangkat berbagai kegiatan-kegiatan manusia yang dapat dijadikan sebagai topik
pembelajaran. Sebagai modifikasi dari social
functions adalah persistent life
situations yang berkarakteristik yaitu situasi yang diangkat senantiasa
dihadapi manusia dalam hidupnya, masal lalu, saat ini dan masa yang akan
datang.
Secara umum ada tiga kelompok situasi
yang dihadapi manusia, yaitu :
a.
Situasi mengenai perkembangan individu.
Misalnya kesehatan, intelektual, moral dan keindahan.
b.
Situasi untuk perkembangan partisipasi
sosial yaitu: hubungan antar pribadi, keanggotaan kelompok dan hubungan antar
kelompok.
c.
Situasi untuk perkembangan kemampuan
menghadapi faktor-faktor ekonomi dan daya-dayalingkugan, yaitu : bersifat
alamiah, sumber teknologi danstruktur dan daya-daya sosial ekonomi
Kurikulum ini dikenal juga dengan
sebutan life curruculum, yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang
berarti bagi anak sesuai dengan apa yang dibutuhkansehari-hari dalam kehidupan.
Ide life curriculum pada dasarnya
bersumber dari pandangan Herbert Spencer (1860) tentang lima kategori
bentuk-bentuk kegiatan yang dapat dijadikan tujuan pendidikan, yaitu:
a.
Self
preservation (pemeliharaan diri)
b.
Securing
necessities of life (menggembarkan kepentingan kehidupan)
c.
Rearing
and disciplining of a offspringl (memelihara keturunan)
d.
Meintenance
of proper social and political relations (memelihara hubungan
sosial dan politik
Menurut Marshal dan Goets, diantara manfaat
dari kurikulum ini adalah:
a.
Mengambil bahan pelajaran sekitar
masalah dan proses sosial atau segi-segi kehidupan.
b.
Memungkinkan digunakan latar belakang
pengalaman siswa yang dapat menunjang belajar, karena bahan pelajaran
diorganisasi sekitar kehidupan anak. Pendekatannya semacam laboratorium
kehidupan sosial.
c.
Data tentang kehidupan sosial setiap
saat, dari berbagai tempat dan kebudayaan.
d.
Memungkinkan mendapat pengalaman yang
luas, karena siswa mempelajari berbagai kehidupan sosisal.
e.
Dengan kurikulum ini dapat dimungkinkan
diciptakannya proses sosial sebagaimana diinginkan (social engineering).
Adapun kesulitan dalam pengembangan
kurikulum ini yaitu:
a.
Dalam pelaksanaan, menemukan hubungan
isi kurikulum dengan fungsi kehidupan yang dikehendaki hanya sedikit yang dapat
dicapai.
b.
Menyusun kurikulum dengan skema
didasarkan dari kehidupan lebih sulit dibandingkan dengan mengorganisasi bahan
pelajaran berpusat pada mata pelajaran.
c.
Seringkali terjadi kegagalan dalam
mengintegrasikan pengalaman-pengalaman belajar sesuai dengan tujuan utama dari
bentuk life curriculum
C.
Kurikulum
yang berpusat pada kegiatan atau pengalaman (experience
and activity curriculum)
Kurikulum ini dikenal
juga dengan sebutan activity curriculum.
Mengutamakan kegiatan-kegiatan atau pengalaman-pengalaman siswa dalam rangka
membentuk kemampuan yang terintegritas dengan lingkungan maupun potensi siswa.
Kurikulum ini berupaya mengatasi
kelemahan pada subject curriculum, yakni anak lebih banyak menerima (passive), juga bahan pelajaran merupakan
hasil pengalaman masa lampau.
Rasional penggunaan bentuk kurikulum ini
adalah:
a.
Belajar dapat terjadi dengan proses
mengalami. Anak dapat belajar dengan baik bila ia dihadapkan dengan masalah
aktual, sehingga dapat menemukan kebutuhan reel atau minatnya.
b.
Belajar merupakan transaksi aktif.
c.
Belajar secara aktif memerlukan kegiatan
yang bersifat vital, sehingga dapat berupaya mencapai tujuan dan memenuhi
kebutuhan pribadinya.
d.
Belajar terjadi melalui proses mengatasi
hambatan (masalah) sehingga mencapai pemecahan atau tujuan.
e.
Hanya dengan melalui penyodoran masalah
memungkinkan diaktifkannya motivasi dan upaya, sehingga anak berpengalaman
dengan kegiatan yang bertujuan.
Penggunaan kurikulum ini dengan
menggunakan metode proyek. Kill Patrick (1918) membagi proyek-proyek yang dapat
dilaksanakan sebagi berikut :
a.
Proyek permainan seperti menari atau
drama
b.
Proyek eksistensi seperti karya wisata
ke tempat-tempat bersejarah, kebun biologi dan sejenisnya
c.
Proyek cerita seperti membaca cerita,
mendengarkan cerita
d.
Proyek pekerjaan tangan seperti membuat
prakarya
Menurut Nasution, dalam perkembangan
kurikulum ini selanjutnya pengalaman langsung dan minat spontan lebih-lebih
digunakan sebagai bantuan dalam proses belajar. Bukan sebagai pokok untuk menyusun
unit. Minat anak lebih banyak ditentukan berdasarkan studi, pengalaman atau
penelitian.
D.
Prosedur
Pengorganisasian Kurikulum
Dalam pemilihan dan
reorganisasi isi kurikulum diperlukan suatu prosedur atau tata kerja tertentu,
yang meliputi :
a.
Prosedur employee.
Guru
memilih dan mengorganisasi isi kurikulum tersebut. Guru sangat berperan penting
b.
Prosedur Buku Pelajaran (the textbook procedure).
Pemilihan
isi kurikulum didasarkan pada materi yang terkandung dalam sejumlah buku
pelajaran yang telah dipilih oleh panitia khusus.
c.
Prosedur survei pendapat (the survey of oppinions procedure).
Pemilihan
pengorganisasian atau reorganisasiisi kurikulum dengan mengadakan survei atau
penelitian terhadap pendapat berbagai pihak.
d.
Prosedur studi kesalahan (thestudy of errors procedure).
Mengadakan
analisis terhadap kesalahan, kekeliruan dan kelemahan dari pengalaman yang
baru.
e.
Prosedur mempelajari kurikulum lainnya (the study of other curriculum procedure).
Mempelajari
kurikulum sekolah lain untuk diterapkan dan menentukan isi kurikulum yang
sesuai dengan tujuan sekolah sendiri yang ingin dicapai. Tidak harus sama,
melainkan perlu adanya evaluasi dan modifikasi.
f.
Prosedur analisis kegiatan orang dewasa (the analysis of adult activities procedure).
Mengadakan
studi kegiatan yang dilakukan yang berguna untuk dipelajari oleh siswa,
kemudian diidentifikasi kegiatan tersebut sehingga dapat disusun suatu program
pengalaman kurikuler untuk diajarkan disekolah.
Beberapa
contoh analisi tersebut yaitu :
·
Kegiatan bahasa dan interkominikasi
social
·
Kegiatan kesehatan
·
Kegiatan sebagai warga Negara
·
Kegiatan sosial umum
·
Kegiatan pemanfaatan waktu dan rekreasi
·
Kegiatan dalam rangka kesehatan mental
·
Kegiatan keagamaan
·
Kegiatan Sebagai orang tua
·
Kegiatan nonvocational
g.
Prosedur fungsi-fungsi sosial (the social functions procedure).
Berbagai
macam fungsi sosial yang ditemukan melalui survei, studi literatur atau riset,
kemudian diklasifikasikan menjadi ”area
of living”.
Menurut
Douglass, area of living meliputi citizenship, home living, leisure life,
vocational efficiency, physical and mental health dan continued learning.
Sedangkan menurut Stratemenyer yaitu, home,
comunity, leisure time, work dan spiritual activities.
h.
Prosedur minat dan kebutuhan remaja (the youth interest and needs procedure).
Dari
prosedur sosial diatas kemudian diklasifikaskan menjadi ”persistent life problems”, adapun urutannya didasarkan pada latar
belakang, kematangan, minat dan kebutuhan para siswa secara kronologis dan
logis dan juga sebagai persiapan menempuh kehidupan dewasa. Jadi prosedur ini
tidak bersifat individualistik, melainkan interaksi antara individu anak
(remaja) dengan lingkungannya.
Organisasi kurikulum ini mempunyai
kelebihan, sebagai berikut:
1.
Segala permasalahan yang dibicarakan
dalam unit sangat bertalian erat
2.
Sangat sesuai dengan perkembangan
moderen tentang belajar mengajar
3.
Memungkinkan adanya hubungan antara
sekolah dan masyarakat
4.
Sesuai dengan ide demokrasi, dimana
peserta didik dirangsang untuk berpikir sendiri, bekerja sendiri dan memikul
tanggung jawab bersama serta bekerja sama dalam kelompok
5.
Penyajian bahan disesuaikan dengan
kemampuan individu, minat dan kematangan peserta didik baik secara individu
maupun secara kelompok.
Adapun kelemahan dari organisasi
kurikulum ini adalah:
1.
Pendidik atau guru tidak dilatih
melakukan kurikulum semacam ini
2.
Organisasinya tidak logis dan kurang
sistematis
3.
Terlalu memberatkan tugas pendidik
4.
Kurang memungkinkan untuk dilaksanakan
ujian umum
5.
Peserta didik dianggap tidak mampu ikut
serta dalam menentukan kurikulum
6.
Sarana dan prasarana yang kurang memadai
untuk menunjang pelaksanaan kurikulum tersebut.

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Organisasi kurikulum
adalah pola atau bentuk penyusunan bahan pelajaran yang akan diajarkan atau
disampaikan kepada murid, atau merupakan suatu cara menyusun bahan atau
pengalaman belajar ingin dicapai dengan tujuan mempermudah siswa dalam
mempelajari bahan pelajaran serta mempermudah siswa dalam melakukan kegiatan
belajar, sehingga tujuan pembelajaran dicapai secara efektif.
Jenis-jenis organisasi kurikulum yaitu :
1. Separated Subject Curriculum
2. Correlated Curriculum
3. Integrated Curriculum
Faktor-Faktor yang perlu diperhatikan
dalam organisasi kurikulum :
1.
Ruang lingkup (Scope)
2.
Urutan bahan (sequence)
3.
Kontinuitas
4.
Keseimbangan
5.
Integrasi atau keterpaduan
|

Hamalik, Oemar. 2011. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Rosada : Bandung.
Nasution. 2006. Asas-asas
Kurikulum. Bumi Aksara : Jakarta.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar harus membangun